Zais dalam bukunya sebagaimana ditulis Idi Curriculum: Principles and Foundation mengemukakan ada tiga kategori desain
kurikulum, yaitu “subject-centered
design, learner-centered design, and problem-centered design”. Dijelaskan
lebih lanjut bahwa subject-centered
design terdiri atas: the subject
design, the disciplines design, and the broad fields design, sedangkan learned-centered design meliputi the activity/experience design, the open
classroom design, and the humanistic design. adapun problem
centered design mencakup: the area of living design, the
personal/social concern of youth design, and the core design.[1]
Berikut ini dijelaskan beberapa model organisasi
kurikulum, yaitu:
a.
Subjec-centered
Curriculum
Organisasi kurikulum ini
terdiri atas berbagai mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, karena
itu sering disebut isolated-subject
curriculum atau subject-matter
curriculum. Misalnya, mata pelajaran berhitung, aljabar, ilmu ukur,
sejarah, ekonomi, geografi, dan ilmu bumi. Mata pelajaran tersebut terpisah-pisah
(isolated) satu sama lain, sehingga
tampak mudah diatur dalam pelaksanaanya.
b. Correlated
Curriculum
Mengingat
subject-centered curriculum banyak
memiliki kelemahan, maka diadakanlah upaya-upaya untuk memperbaiki, memodifikasi,
dan memyempurnakannya, antara lain mengorelasikan antara mata pelajaran yang
satu dengan mata pelajaran yang lain. [2]
Kurikulum
korelasi dapat juga dilakukan dengan dua acara, yaitu korelasi formal dan
informal, didalam korelasi formal beberapa guru mata pelajaran segaja
mengadakan pertemuan formal merencanakan secara bersama-sama tentang apa dan bagaimana mengorelasikan
materi pelajaran, sedangkan dalam korelasi informal, seorang guru mata
pelajaran A (misalnya) meminta secara informal kepada guru mata pelajaran B
untuk mengorelasikan materi pelajarannya dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan guru mata pelajaran A.
Selain
itu bahan pelajaran dalam organisasi kurikulum ini memungkinkan substansi
pembelajaran bisa lebih bermakna dan mendalam dibandingkan dengan mata
pelajaran terpisah-pisah.[3]
c. Broad
Fild Curriculum
Ada
juga korelasi anatar bebrapa mata pelajaran (interdisipliner) yang lebih jauh
sehingga tidak tampak lagi batas-batas mata pelajaran dalam satu rumpun. Korelasi
semacam ini merupakan fusi antara beberapa mata pelajaran serumpun dan memiliki
ciri-ciri yang sama. Organisasi kurikulum ini disebut dengan bidang studi (broad field). Misalnya, antara mata
pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi difusikan menjadi bidang studi Ilmu
Pengetahuan Sosial(IPS).
Ciri-ciri
kurikulum bidang studi, antara lain (a) kurikulum terdiri atas bidang studi
yang merupakan perpaduan beberapa mata pelajaran yang serumpun dan memiliki
ciri-ciri yang sama, (b) bahan ajar bertitik tolak pada suatu inti masalah (core subject) tertentu,kemudian
dijabarkan menjadi pokok bahasan, (c) bahan pelajaran disusun berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, (d) strategi
pembelajaran bersifat terpadu, (e) guru berperan sebagai guru bidang studi, dan
(f) penyusunan kurikulum mempertimbangkan minat, masalah, kebutuhan peserta
didik dan masyarakat.[4]
Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran berbasis rumpun menjadi
pilihan untuk di fokuskan dalam setiap materi bahan pelajaran yang disampaikan
sehingga memungkinkan lebih efektif waktu dan terarah.
d.
Integrated Curriculum
Yaitu kurikulum yang menyajikan
bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas
antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.[5]
Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat
pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik,
berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat
dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.
1)
Bentuk kurikulum ini tidak hanya
ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih
luas. Bahkan mata pelajaran baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna
pemecahan masalah
Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Guru selaku pembimbing.
Beberpa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:
Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Guru selaku pembimbing.
Beberpa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:
2)
Segala sesuatu yang dipelajari
anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama
lain.
3)
Kurikulum ini sesuai dengan
pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang
berarti dalam kehidupan mereka.
4)
Kurikulum ini memungkinkan
hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
5)
Aktifitas
anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan berkerja
sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.
6)
Kurikulum ini mudah disesuaikan
dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.
Di samping itu kurikulum ini juga
mempunyai beberapa kelemahan yang diantaranya ialah:
a)
Guru belum siap untuk
melaksanakan kurikulum ini.
b)
Organisasin kurang sitematis
c)
Tugas-tuganya memberatkan guru.
d)
Tidak memungkinkan ujian umum,
sebab tidak ada unformitas di sekolah-sekolah satu sama lain.
e)
Siswa dianggap tidak mampu ikut
serta dalam menentukan kurikulum.
Sarana dan prasarana yang kurang memadai.[6]
[1] Arifin, Konsep dan model pengembangan kurikulum. (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 97
[3] Tim
Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2015), hlm.91
[4] Arifin,
Konsep dan model pengembangan kurikulum. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 99- 100
No comments:
Post a Comment